Kamis, 23 Juli 2009

CIANJUR 1993

Jakarta, 23 Juli 2009

Tepatnya pada bulan Desember tahun 1993, ada 3 orang remaja dari Jakarta yang sedang melakukan perjalanan touring kedaerah Cianjur tepatnya Desa Pasir Nangka.

Tidak ada tujuan bagi mereka pergi ke Cianjur, hanya sekedar iseng, mengisi liburan. Bahkan kepergian mereka tidak ada satupun yang mendapat izin orang tua. Oleh karena itu dapat dibayangkan mereka pasti tidak membawa bekal dan uang yang cukup untuk pergi kesana.

Hebatnya dengan bekal yang pas-pasan mereka dapat mengisi liburan mereka di Desa Pasir Nangka yang dingin selama 5 hari dengan menetap atau menumpang di satu rumah penduduk desa.

Tibalah saatnya, di hari kelima mereka memutuskan untuk pulang ke Jakarta, tapi mereka bingung ingin keJakarta naik apa, lah wong uang dan bekal sudah habis...,bis, bahkan sebagai bentuk terima kasih kepada penduduk desa yang rumahnya sudah mereka tumpangi selama empat hari, salah satu dari ke tiga remaja tersebut hanya dapat memberikan sehelai pakaian layak pakai kepada seorang Bapak tua pemilik rumah. Puji Syukur, kebahagian orang tua tersebut saat menerima sehelai pakaian dari seorang remaja tadi, terlintas senyum keramahan dan keikhlasan dari orang tua tersebut.

Tidak kehabisan akal akhirnya ketiga remaja tadi memutuskan menumpang truk pembawa tebu hasil panen untuk mereka tumpangi sampai di sebuah terminal kecil, dalam perjalanan menuju terminal tiba-tiba hujan datang begitu lebatnya. Tanpa terhindarkan tubuh kecil tiga remaja tersebut basah dan kedinginan.
setelah menempuh perjalanan hampir satu jam dengan diiringi oleh derasnya hujan yang tidak juga reda, akhirnya sampai juga tumpangan mereka di sebuah terminal kecil masih di wilayah cianjur, tetapi sudah bisa dibilang Cianjur Kotalah!!..

Ketiga remaja tersebut turun dari truk yang mereka tumpangi dan langsung berlarian mencari tempat untuk berteduh, padahal pakaian sudah basah kuyup selam satu jam diguyur hujan, rasa dingin makin membekukan tulang-tulang kecil mereka.

Mereka berteduh lama sekali..., hujanpun tak kunjung berhenti, rasa lapar mulai mengerogoti perut mereka. Mereka bingung tidak dapat berbuat apa-apa, ingin cepat pulang dan menghilangkan rasa lapar tapi tidak punya uang untuk naik bis atau membeli makanan.

Dua orang dari ketiga remaja tersebut mulai terlihat putus asa dan emosional, sampai-sampai mulai terjadi perselisihan diantara keduanya, untunglah ada seorang remaja yang melerainya, dan ia mengatakan, "Buat apa saling menyalahkan, lebih baik kita berfikir bagaimana caranya bisa pulang ke Jakarta".

Mereka coba mencari tumpangan kendaraan lagi tapi sangat sulit dikondisi hujan seperti itu, hampir semua kendaraan berjalan dengan cepatnya. Dan mulailah ketiga remaja tersebut tidak dapat berfikir lagi bagaimana caranya dapat pulang ke Jakarta (mision imposible).

Hari makin senja tepatnya pukul 17.00 WIB tapi awan sudah mulai gelap, ditengah kegelisahan salah satu remaja mengatakan, " Gue yakin hari ini kita pasti bisa pulang ke Jakarta ", "Tapi gimana caranya" kata salah satu remaja lainnya, sambil berkata demikian remaja tersebut pergi dan mengambil sepuntung rokok yang tersisa sedikit entah siapa pemiliknya, dan ia keluarkan sebuah korek api (zippo) dari saku celananya lalu menyalakan puntung rokok tersebut dan mulai menghisapnya.

"Itu dia yang bisa membawa kita pulang ke Jakarta", kata seorang remaja sambil menunjuk korek api (zippo) milik temannya, "Boleh gue pinjam engga korek apinya". "Boleh, nih,..!", kata seorang remaja lainnya.

Bergegas korek api tersebut dibawa keterminal dan ditawarkan pada sorang sopir bus jurusan Cianjur Kampung Rambutan. Tidak lama kemudian remaja tadi memanggil kedua temanya untuk segera menghampirinya, dan setelah kedua temannya datang remaja tersebut mengatakan, "Sopir ini mau membeli korek ini dengan bayaran kita dikasih makan di warung dan kita boleh ikut menumpang busnya tanpa harus membayar.

Singkat cerita, ketiga remaja tersebut akhirnya pulang ke Jakarta, walaupun dari terminal Kampung Rambutan sampai dengan jl.Pasar Pramuka mereka harus menumpang bus tanpa membayar lagi dan dari jl.Pasar Pramuka sampai rumah masing-masing mereka harus berjalan kaki.
Ketiga remaja tersebut adalah, Saya, Jack dan Bhernard.

Pesan yang dapat saya ungkapkan dari cerita saya tersebut adalah, begitu dasyatnya kekuatan hati, di saat pikiran sudah tidak mampu untuk menentukan jalan keluar, keyakinan yang didasari dari kata hati mampu memberi jawaban.

Gunakanlah selalu Keyakinan dan Kata Hati anda dalam mencapai Tujuan.

Gunakan Kata Hati & Action
bd.vuurwanto@gmail.com
bvuurwanto@blogspot.com










Tidak ada komentar:

Posting Komentar